NASA Buat Website Khusus Untuk Tampilkan Bumi di Luar Angkasa

Tanggal 19 Oktober kemarin, Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA, meluncurkan situs baru yang dikatakan menjadi website untuk hiburan. Webs...

Minggu, 13 Desember 2015

V774104, Obyek Langit Terjauh di Tata Surya!

Tampaknya, akan ada obyek baru yang akan memegang rekor terjauh di Tata Surya saat ini! Belum ada nama resmi dan bahkan para astronom pun belum tahu banyak tentang obyek ini. Namanya atau kodenya saat ini V774104. Ia ditemukan pada jarak 103 AU atau 103 kali lebih jauh dari jarak Bumi – Matahari, atau lebih tepatnya pada jarak 15,4 miliar km. Jauh? Tentu saja!

Saat ini rekor obyek terjauh dipegang oleh Eris, si planet kerdil yang penemuannya pada tahun 2003 menggemparkan dunia dan pada akhirnya membuat para astronom melakukan pendefinisian ulang tentang planet. Eris ditemukan berada pada jarak 97 AU. Selain Eris, obyek terjauh lainnya di Tata Surya adalah Sedna yang ditemukan tahun 2005 dan 2012 VP113 atau Biden yang ditemukan tahun 2012.

Obyek Langit Terjauh

Saat ini, belum banyak yang diketahui tentang V774104 yang ditemukan oleh Scott Sheppard, astronom dari Carnegie Institution for Science di Washington DC. Informasi yang ada hanya jarak dan perkiraan ukuran V774104 yakni kurang dari setengah ukuran Pluto atau antara 500 – 1000 km.

Dari jarak, V774104 belum bisa dikategorikan sebagai salah satu penghuni sabuk Kuiper yang merentang pada jarak 30-50 AU. V774104 akan menjadi bagian keluarga Sabuk Kuiper jika dalam perjalanannya, ia mendekat ke Matahari dalam rentang jarak 30-50 AU seperti halnya Eris yang jarak terdekatnya dengan Matahari adalah 37,9 AU. Jika jarak terdekat V774104 ke Matahari berada dalam rentang jarak Sabuk Kuiper, maka bisa dipastikan orbitnya juga dipengaruhi oleh gaya tarik planet Neptunus.

Tapi, jika ternyata V774104 tidak pernah mendekat ke area Sabuk Kuiper, bersama dengan Sedna dan Biden, ia akan dikenal sebagai penghuni awan Oort dalam. Sedna dan Biden tidak akan pernah bisa berkunjung ke Sabuk Kuiper, karena jarak terdekat keduanya ke Matahari adalah 76 AU dan 80 AU. Dengan demikian, ketiga benda ini sudah terlalu jauh dari pengaruh gaya tarik Neptunus. Satu-satunya yang bisa mempengaruhi orbit V774104 adalah gaya tarik Matahari. Dengan kata lain, orbit V774104 diduga tidak pernah terganggu selama miliaran tahun sejak terbentuk 4,5 miliar tahun lalu.

Meskipun belum banyak informasi yang kita peroleh saat ini, tapi kehadiran V774104 menjadi cerita baru yang akan membawa manusia untuk memahami Tata Surya. Apalagi jika ia termasuk dalam kategori obyek awan dalam. Informasi yang bisa diperoleh dari obyek-obyek di area terluar tata Surya ini akan membawa kita menjelajah waktu untuk mengetahui kondisi awal pembentukan Tata Surya. Keberadaan V774104, Sedna dan Biden yang jauh dari Matahari di area yang dingin dan beku menyebabkan obyek-obyek tersebut masih memiliki komposisi awal sejak mereka terbentuk 4,5 miliar tahun lalu.

Obyek V774104 yang saat ini memegang rekor terjauh di Tata Surya, ditemukan oleh Scott Sheppard dan Chad Trujillo saat melakukan pengamatan dengan Teleskop Subaru di Mauna Kea, Hawaii. Untuk bisa memastikan seperti apa V774104, keduanya akan melakukan pengamatan lanjutan dengan teleskop Magellan di Chille. Selain V774104, ada beberapa obyek kecil lainnya yang juga ditemukan oleh keduanya.

Dibutuhkan setidaknya waktu satu tahun untuk bisa memperoleh lebih banyak info tentang orbit V774104, sekaligus memastikan apakah ia memang obyek terjauh yang ditemukan di Tata Surya dan merupakan bagian dari keluarga Awan Oort dalam.

Gunung Api Es di Permukaan Pluto

Ada dua gunung api es di Pluto! Kira-kira itulah salah satu berita yang memberi khazanah baru tentang Pluto dalam pertemuan tahunan Divisi Sains Keplanetan (Planetary Science Division) dari Asosiasi Astronomi Amerika yang ke-47 di National Harbor, Maryland.

Sebelum membahas lebih lanjut, perlu diketahui bahwa istilah gunung api juga dipakai untuk gunung api es. Mengutip dari Wikipedia, Gunung api secara umum merupakan suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus. Istilah yang sama juga digunakan untuk pembentukan gunung api es dan gunung api lumpur.

Gunung Api Es di Pluto

Gunung api es inilah yang tampak di permukaan Pluto. Tidak hanya satu melainkan dua dan sekaligus menunjukkan betapa aktifnya Pluto sebagai sebuah benda beku. Menariknya, gunung api tersebut tidak menyemburkan lahar panas melainkan es. Kesimpulan ini diperoleh setelah para geolog di tim New Horizons membuat peta 3D dari permukaan Pluto. Dalam peta yang dibuat tersebut tampak dua cryovolcanoes atau gunung api es yang pernah aktif di masa lalu Pluto yang bahkan belum terlalu lama dalam skala geologi.

Kedua kandidat gunung api es tersebut adalah Gunung Wright dengan ketinggian 3-5 km dan Gunung Piccard dengan ketinggian 6 km.

Fitur kawah yang ada di puncak kedua gunung menjadi indikasi kalau keduanya merupakan gunung api. Di Bumi dan Mars, kawah terbentuk di puncak gunung api setelahmemuntahkan lava panas ke permukaan. Dari citra yang diambil New Horizons, kedua gunung ini cukup besar yakni Gunung Wright dengan ukuran 160 km dan Gunung Piccard dengan lebar 56 km. keduanya diduga terbentuk dari erupsi cryovolcanic yang memuntahkan es dari bawah permukaan Pluto. Yang pasti, kedua gunung api es tersebut tidak akan memuntahkan lava panas. Keduanya merupakan cryovolcanoes atau gunung api yang memuntahkan air es, es nitrogen, es amonia atau es metana. Mirip seperti di Triton dan dunia beku lainnya yang pernah ditemukan di Tata Surya.

Jika Pluto memiliki gunung api es, maka asiri es yang melapisi permukaannya dapat dengan mudah mengalir dari puncak gunung ke dataran di bawahnya, ditandai dengan kehadiran stuktur sedimentasi di sisi-sisi gunung. Kawah di gunung api es di Pluto ini terbentuk dari keruntuhan saat terjadi erupsi materi dari bawah permukaan Pluto. Mirip dengan gunung api di Bumi.

Perburuan Galaksi Kerdil yang Sudah Lama Hilang

Galaksi kerdil merupakan istilah yang digunakan untuk galaksi kecil yang memiliki luminositas dan massa yang rendah serta hanya dihuni oleh beberapa miliar bintang. Untuk Bima Sakti, penghuninya sekitar 200 – 400 juta bintang. Sekilas bisa kita katakan galaksi kerdil merupakan galaksi yang redup dan tentunya akan sulit untuk bisa diamati. Galaksi kerdil pada umumnya ditemukan di gugus galaksi yang menjadi pasangan bagi galaksi-galaksi besar.

Menurut teori pembentukan galaksi dan evolusinya, galaksi kerdil merupakan tipe galaksi yang melimpah di alam semesta. Jauh lebih banyak dari yang sudah ditemukan saat ini. Tapi pada kenyataannya tidak demikian. Apakah ada yang salah dengan teori tersebut? Ataukah, galaksi kerdil memang sulit untuk dideteksi karena redup?

Perburuan Galaksi Kerdil

Apakah sesulit itu? Pengamatan terbaru mengindikasikan keberadaan galaksi kerdil yang masih tersembunyi di alam semesta. Ini bisa diketahui dari pengamatan pada gugus galaksi yang jaraknya 62 juta tahun cahaya dari Bumi.

Survei dan pengamatan yang dilakukan pada gugus galaksi Coma dan Virgo akhirnya memberi titik terang bagi misteri “hilangnya galaksi kerdil di alam semesta”. Seperti detektif, tentunya para astronom harus bisa menemukan apakah memang galaksi kerdil itu melimpah dan hanya belum ditemukan ataukah memang jumlahnya sedikit di alam semesta.

Petunjuk itu berupa penemuan Ultra-Diffuse Galaxies (UDGs) pada gugus Coma dan Virgo. UDGs memiliki massa yang rendah dengan diameter yang besar. Akibatnya galaksi ini memiliki kecerlangan yang sangat rendah atau sangat redup untuk bisa diamati. Jika sebagian besar galaksi kerdil memiliki kecerlangan seperti UDGs maka tentu sangat bisa dipahami mengapa kita kehilangan mereka di alam semesta.

Tapi, penemuan UDGs di gugus galaksi Coma dan Virgo menyisakan pertanyaan lain. Kedua gugus ini sama-sama masif. Pertanyaannya apakah UDGs ada di gugus galaksi lainnya yang berbeda dari gugus Coma dan Virgo?

Untuk menjawab pertanyaan itu, para astronom melakukan survei untuk mencari galaksi kerdil yang redup pada area pusat gugus galaksi Fornax yang berukuran 30 derajat persegi. Survei Next Generation Fornax Survey (NGFS) ini melakukan pengamatan dengan Kamera Energi Gelap yang dipasang di teleskop Blanco 4 meter di Chile dan difokuskan pada panjang gelombang tampak dan dekat-ultraungu. Meskipun survei masih tersu berlangsung, hasil awal dari survei ini berhasil mengungkap cerita yang menarik bagi para astronom.

Pada luas area pengamatan hanya 30 derajat persegi, para astronom berhasil menemukan 284 kandidat galaksi kerdil yang redup. Dan 158 di antaranya belum pernah terdeteksi sebelumnya. Da menariknya lagi, kandidat galaksi kerdil yang ditemukan memiliki kemiripan dengan UDGs yang juga ditemukan di gugus Virgo dan Coma. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa keberadaan galaksi kerdil tidak hanya pada lingkungan gugus masif.

Satu kabar gembira lagi, kandidat galaksi katai yang ditemukan ternyata ada yang kecerlangannya sangat rendah beberapa magnitudo dibanding UDGs yang sudah dikenal sebelumnya. Langkah selanjutnya adalah melakukan konfirmasi apakah kandidat yang dilihat tersebut memang galaksi kerdil ataukah bukan.

Galaksi kerdil memiliki peran penting karena sebagian besar materi dari galaksi kerdil adalah materi gelap, substansi misterius yang menyusun 80% materi di alam semesta. Karena itu, penemuan galaksi kerdil menjadi target utama untuk mengumpulkan petunjuk komposisi materi gelap.

Apa itu Segitiga Musim Panas?

Di malam hari, tentunya kita sebagai sky gazers atau pengamat langit selalu tak habis-habisnya memandang dan mengagumi keindahan langit yang dihiasi oleh bintang-bintang. Ada yang hanya mengamati saja, ada yang mengabadikan keindahan tersebut dengan memotretnya, atau bahkan ada juga yang mencoba untuk mencari bermacam-macam bentuk rasi bintang di langit. Beberapa bentuk rasi bintang yang mudah untuk dikenali, misalnya Crux dengan bentuk yang mencolok seperti layang-layang/tanda salib, Scorpio dengan bintang terang berwarna merah yaitu Antares sebagai patokannya, diikuti dengan bentuk seperti huruf S yaitu ekornya, dan Orion dengan ciri khas tiga bintang sejajar yang biasa dikenal dengan sabuk Orion. Tapi tahukah kalian, selain mencari bentuk suatu rasi bintang, ada juga kegiatan lain yang tak kalah menariknya, yaitu mencari bentuk Segitiga Musim Panas.

Pengamatan Bintang

Segitiga Musim Panas? Apa itu? Segitiga yang muncul saat musim panas?


Secara lebih jelasnya, Segitiga Musim Panas adalah sebutan untuk 3 bintang terang yang kalau ditarik garis lurus akan membentuk suatu segitiga besar di langit.

Ketiga bintang terang tersebut yaitu Altair yang merupakan bintang alpha rasi Aquila, Vega yang merupakan bintang alpha rasi Lyra, dan Deneb yang merupakan bintang alpha rasi Cygnus. Orang-orang di belahan bumi utara yang tinggal di negeri 4 musim/subtropis biasa menyebutnya sebagai Summer Triangle, karena apabila segitiga Altair-Vega-Deneb sudah muncul di langit, itu pertanda bahwa musim panas akan segera tiba.

Karena kita tinggal di belahan bumi selatan, maka tidak ada istilah musim panas di Indonesia. Tetapi, kita tetap dapat melihat Segitiga Musim Panas dari bulan Juli sampai bulan Oktober, dan waktu yang sangat tepat melihatnya yaitu selama bulan Agustus dan September. Dan langit malam akan semakin terlihat indah karena Milky Way, sang jalur susu terbentang panjang diantara Altair dan Vega. Oh iya, Segitiga Musim Panas juga mempunyai 2 kisah yang menarik lho! Mau tahu apa saja? Yuk kita simak ceritanya di bawah ini:

1. Kisah dalam Mitologi Yunani antara Vega, Deneb, dan Altair


Vega, Altair, dan Deneb adalah nama-nama tokoh dalam mitologi Yunani. Dikisahkan bahwa mereka bertiga adalah sahabat. Vega si cerdas adalah bagian utama dalam rasi Lyra. Nama Lyra sendiri adalah sebutan untuk harpa milik Orpheus, seorang musisi dalam mitologi Yunani kuno. Deneb yang berada dalam rasi Cygnus adalah sosok angsa putih yang gemulai, cantik dan menarik. Dengan tarian angsanya [swan] dia dapat memikat para dewa-dewi. Dalam suatu legenda, angsa adalah pahlawan bagi Orpheus. Tetapi, Altair dalam rasi Aquila lah yang paling kuat diantara mereka bertiga, karena Aquila dapat diartikan sebagai elang. Altair pun digambarin sebagai pelindung bagi kedua sahabatnya.

2. Kisah Cinta antara Altair dan Vega


Nah kalau yang ini, ceritanya berasal dari Legenda Tanabata, legenda Tiongkok kuno yang pada akhirnya dibawa ke Jepang. Legenda ini berkisah tentang bintang Vega yang merupakan bintang tercerah dalam rasi Lyra sebagai Orihime (Shokujo), putri Raja Langit yang pandai menenun. Bintang Altair yang berada di rasi Aquila dikisahkan sebagai penggembala sapi bernama Hikoboshi (Kengyu). Hikoboshi adalah orang yang rajin bekerja sehingga diizinkan Raja Langit untuk menikahi Orihime. Suami istri Hikoboshi dan Orihime pun hidup bahagia, tetapi sayang sejak itu Orihime tidak lagi menenun dan Hikoboshi tidak lagi menggembala. Raja Langit pun menjadi sangat marah, dan keduanya dipaksa berpisah. Orihime dan Hikoboshi tinggal dipisahkan oleh sungai Amanogawa (sungai jalur susu/Milky Way) dan hanya diizinkan bertemu setahun sekali di malam ke-7 bulan ke-7 setelah mereka bekerja keras selama setahun. Kalau kebetulan hujan turun, sungai Amanogawa menjadi meluap dan Orihime tidak bisa menyeberangi sungai untuk bertemu Hikoboshi. Sehingga sekawanan burung kasasagi pun terbang menghampiri Hikoboshi dan Orihime yang sedang bersedih, dan berbaris membentuk jembatan yang melintasi sungai Amanogawa supaya Hikoboshi dan Orihime bisa menyeberang dan bertemu.

Di Jepang, orang merayakannya dengan festival Tanabata di mana saat itu Orihime (Vega) dan Hikoboshi (Altair) yang terpisah oleh sungai Milky Way diizinkan bertemu. Maka dalam festival itu dirayakan dengan menggantungkan kertas-kertas berisi harapan.

NASA Buat Website Khusus Untuk Tampilkan Bumi di Luar Angkasa

Tanggal 19 Oktober kemarin, Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA, meluncurkan situs baru yang dikatakan menjadi website untuk hiburan. Website tersebut menunjukkan gambar Bumi seperti yang terlihat dari luar angkasa.

Seperti dilansir dari Softpedia, NASA mengatakan bahwa mereka menciptakan situs ini agar kita semua bisa melihat dunia kapan saja dan di manapun. Maka dari itu, NASA berjanji akan mengunggah setidaknya 10 foto tampilan baru setiap harinya.

Bumi Luar Angkasa

"NASA meluncurkan situs baru hari Senin, sehingga dunia bisa terlihat penuh. sisi bumi yang diterangi matahari setiap saat," ujar para ilmuwan yang menjelaskan dalam sebuah pernyataan.

Ada daerah-daerah tertentu yang ingin orang-orang lihat, dan website NASA ini memungkinkan kita untuk menelusuri gambar yang telah diambil. Upload foto juga diurutkan dengan tanggal foto tersebut.

"Sehari sekali, NASA akan mengirim setidaknya selusin gambar berwarna dari bumi yang diperoleh dari 12 sampai 36 jam sebelumnya. Gambar yang diunggah berurutan akan menunjukkan bumi seperti berputar, sehingga terlihat gambar dari seluruh dunia," tambah NASA.

Gambar yang akan diunggah berasal dari kamera yang dipasang ke Deep Space Climate Observatory (DSCOVR), satelit observasi dan cuaca. Satelit tersebut hasil kolaborasi antara badan antariksa, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), dan Angkatan Udara AS.

Tinggal di Luar Angkasa Sebabkan Penuaan Dini

Tanggal 11 Juni lalu, astronot Samantha Cristoforetti berhasil mencatatkan diri sebagai wanita pertama yang tinggal sangat lama di luar angkasa, sekitar 199 hari atau 6 bulan. Di balik pencapaian itu, ternyata ada hal buruk yang dialami oleh Samantha.

Saat sampai ke Bumi, tubuh Samantha di'scan' dengan laser oleh Profesor Karsten Koenig dari Universitas Saarland sebagai salah satu bentuk pengecekan fisik astronot. Lewat proses itu, ternyata diketahui bila kulit Samantha, terutama wajah, mengalami penuaan lebih cepat.

Astronot

Buktinya, kulit Samantha menurut hasil scan laser lebih tipis 20 persen dari saat pertama pergi ke stasiun luar angkasa, ISS, November tahun 2014 lalu. Oleh profesor Karsten, hal itu dikatakan sebagai tanda penuaan yang tidak lazim.

"Bagian kulit luar atau epidermis Samantha telah menyusut, terutama sel-sel hidupnya, alhasil kulitnya menipis. Itu adalah tanda umum dari penuaan," kata Profesor Karsten, Daily Mail (21/07).

Penipisan kulit wajah itu juga membuat Samantha nampak kusam, bahkan diprediksi mengalami keriputan di usia yang lebih muda.

Yang membuat astronot khawatir, ilmuwan sampai saat ini belum mengetahui alasan mengapa kulit manusia lebih cepat menua di luar angkasa. Ini tentu gawat mengingat misi-misi luar angkasa di masa depan, misalnya mengunjungi planet Mars, bisa memakan waktu 2 tahun atau lebih.

"Tentu, sangat tidak aman bila lapisan kulit epidermis semakin menipis jika terlalu lama di angkasa," ujar Profesor Karsten.

Sebelumnya di tahun 2009, ilmuwan Italia menerbangkan 6 tikus ke stasiun luar angkasa ISS sebagai percobaan selama 10 hari. Hasilnya, tiga dari 6 tikus dilaporkan mati akibat penipisan kulit dan kerontokan rambut parah. Oleh karena itu, ilmuwan saat ini takut hal yang sama akan terjadi pada manusia.
Back To Top